Archive for May 2014
PENGERTIAN SAMURAI
By : reitza haikal
Samurai (侍?),
atau dalam bahasa Jepang disebut bushi (武士?,
[bu͍ꜜ.ɕi̥]) or buke (武家?), adalah bangsawan militer abad
pertengahan dan awal-modern Jepang. Menurut penerjemah William Scott Wilson:
"Di Cina, karakter 侍 adalah kata yang berarti menunggu
atau menemani seseorang di jajaran masyarakat, dan ini juga sebenarnya dari
istilah aslinya dalam bahasa Jepang, saburau. Di kedua negara tersebut
istilah tersebut biasanya berarti "mereka yang melayani hadir dekat dengan
kaum bangsawan," kemudian lafal tersebut berganti menjadi saburai.
menurut Wilson, referensi awal untuk kata "samurai" muncul di Kokin
Wakashū (905-914), kekaisaran pertama antologi puisi, selesai pada bagian
pertama abad ke-10. Pada akhir abad ke-12, samurai menjadi hampir seluruhnya
identik dengan Bushi, dan kata itu terkait erat dengan ksatria kelas menengah
dan atas. Samurai mengikuti seperangkat aturan yang kemudian dikenal sebagai
Bushido. walaupun samaurai masih kurang dari 10% dari populasi Jepang, ajaran
mereka masih dapat ditemukan hingga hari ini baik dalam kehidupan sehari - hari
maupun dalam seni bela diri modern Jepang.
Istilah yang lebih tepat adalah bushi
(武士) (harafiah: "orang bersenjata") yang digunakan semasa zaman Edo.
Bagaimanapun, istilah samurai digunakan untuk prajurit elit dari kalangan
bangsawan, dan bukan contohnya, ashigaru
atau tentara berjalan kaki. Samurai yang tidak terikat dengan klan atau bekerja
untuk majikan (daimyo) disebut ronin (harafiah: "orang ombak"). Samurai yang bertugas
di wilayah han
disebut hanshi.
Samurai harus sopan dan terpelajar,
dan semasa Keshogunan Tokugawa berangsur-angsur kehilangan fungsi ketentaraan mereka. Pada
akhir era Tokugawa, samurai secara umumnya adalah kakitangan umum bagi daimyo,
dengan pedang mereka hanya untuk tujuan istiadat. Dengan reformasi Meiji
pada akhir abad ke-19, samurai dihapuskan sebagai kelas berbeda dan digantikan
dengan tentara nasional menyerupai negara Barat. Bagaimanapun juga, sifat
samurai yang ketat yang dikenal sebagai bushido
masih tetap ada dalam masyarakat Jepang masa kini, sebagaimana aspek cara hidup
mereka yang lain.
Etimologi
Perkataan samurai berasal
pada sebelum zaman Heian di Jepang di mana bila seseorang disebut sebagai saburai, itu
berarti dia adalah seorang suruhan atau pengikut. Hanya pada awal zaman modern,
khususnya pada era Azuchi-Momoyama
dan awal periode/era Edo pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 perkataan saburai
bertukar diganti dengan perkataan samurai. Bagaimanapun, pada masa itu,
artinya telah lama berubah.
Pada era pemerintahan samurai,
istilah awal yumitori (“pemanah”) juga digunakan sebagai gelar kehormat
bagi sejumlah kecil panglima perang, walaupun pemain pedang telah menjadi lebih
penting. Pemanah Jepang (kyujutsu),
masih berkaitan erat dengan dewa perang Hachiman.
Berikut adalah beberapa istilah lain
samurai.
- Buke (武家) – Ahli bela diri
- Kabukimono - Perkataan dari kabuku atau condong, ia merujuk kepada gaya samurai berwarna-warni.
- Mononofu (もののふ) - Istilah silam yang berarti panglima.
- Musha (武者) - Bentuk ringkasan Bugeisha (武芸者), harafiah. pakar bela diri.
- Si (士) - Huruf kanji pengganti samurai.
- Tsuwamono (兵) - Istilah silam bagi tentara yang ditonjolkan oleh Matsuo Basho dalam haiku terkemukanya. Arti harafiahnya adalah orang kuat.
Senjata
Samurai menggunakan beberapa macam
jenis senjata,
tetapi katana
adalah senjata
yang identik dengan keberadaan mereka, Dalam Bushido
diajarkan bahwa katana adalah roh dari samurai dan kadang-kadang digambarkan bahwa
seorang samurai sangat tergantung pada katana dalam
pertempuran. Mereka percaya bahwa katana sangat
penting dalam memberi kehormatan dan bagian dalam kehidupan. Sebutan untuk katana tidak
dikenal sampai massa Kamakura (1185–1333), sebelum masa itu pedang Jepang lebih dikenal
sebagai tachi
dan uchigatana, Dan katana sendiri bukan menjadi senjata utama sampai massa Edo.
Apabila seorang anak mancapai usia
tiga belas tahun, ada upacara yang dikenali sebagai Genpuku. Anak laki-laki yang menjalani genpuku mendapat sebuah wakizashi
dan nama dewasa untuk menjadi samurai secara resmi. Ini dapat diartikan dia
diberi hak untuk mengenal katana walaupun biasanya diikat dengan benang untuk menghindari katana terhunus
dengan tidak sengaja. Pasangan katana dan wakizashi
dikenali sebagai Daisho, yang
berarti besar dan kecil.
Senjata samurai yang lain adalah yumi atau busur komposit
dan dipakai selama beberapa abad sampai masa masuknya senapan
pada abad ke-16. Busur komposit
model Jepang adalah senjata yang bagus. Bentuknya memungkinkan untuk digunakan
berbagai jenis anak panah, seperti panah berapi dan panah isyarat yang dapat
menjangkau sasaran pada jarak lebih dari 100 meter, bahkan
bisa lebih dari 200 meter bila ketepatan tidak lagi diperhitungkan, Senjata ini
biasanya digunakan dengan cara berdiri di belakang Tedate (手盾) yaitu perisai kayu yang besar, tetapi bisa juga digunakan
dengan menunggang kuda. Latihan memanah di belakang kuda menjadi adat istiadat
Shinto, Yabusame (流鏑馬). Dalam pertempuran melawan
penjajah Mongol, busur komposit
menjadi senjata penentu kemenangan, Pasukan Mongol dan Cina pada waktu itu
memakai busur komposit
dengan ukuran yang lebih kecil, apalagi dengan keterbatasannya dalam pemakaian
pasukan berkuda.
Zaman
Kamakura dan zaman Muromachi
Lukisan ronin sedang merampok rumah pedagang
kaya
Di zaman Muromachi dan zaman Kamakura, samurai yang kehilangan pekerjaan dan tempat tinggal
menjadi pengembara. Pada waktu itu, ronin sering menjadi sebab timbulnya
kerusuhan skala kecil di berbagai daerah. Walaupun para daimyo banyak
membutuhkan prajurit untuk berperang, ronin hampir tidak berkesempatan mendapat
majikan yang baru. Situasi keamanan yang buruk menyebabkan ronin membentuk
komplotan yang saling berebut wilayah dan pengaruh, beroperasi sebagai
gerombolan pencoleng hingga menimbulkan huru-hara.
Zaman
Sengoku
Di zaman Sengoku, sengoku daimyo yang tersebar di seluruh Jepang memerlukan prajurit dalam
jumlah yang sangat besar, sehingga ronin mempunyai kesempatan besar untuk
mendapat majikan baru. Tidak seperti pada zaman Edo, hubungan antara samurai
dan tuannya pada zaman Sengoku tidaklah begitu erat. Di zaman Sengoku, samurai
banyak yang memilih jadi ronin atas keputusannya sendiri cuma karena situasi
kerja yang tidak memuaskan. Ada juga samurai yang memilih jadi ronin agar bisa
menemukan tuan yang menjanjikan kondisi pekerjaan dan gaji yang lebih baik.
Samurai yang berpindah-pindah tuan juga tidak kurang jumlahnya, bahkan ada juga
ronin yang sukses menjadi daimyo. Semasa hidupnya, samurai bernama Tōdō Takatora
pernah mengabdi untuk 10 orang majikan. Pada waktu itu, orang masih bisa
semaunya berpindah-pindah kelas, seperti samurai berganti profesi menjadi
pedagang atau petani menjadi samurai.
Zaman
Toyotomi dan zaman Osaka
Setelah Toyotomi Hideyoshi berhasil mempersatukan Jepang, berakhir pula zaman perang
saudara yang berkepanjangan sehingga samurai banyak yang menjadi ronin.
Sebagian besar daimyo tidak lagi perlu memiliki banyak pengikut. Setelah Pertempuran
Sekigahara yang dimenangkan kubu Pasukan
Timur, wilayah kekuasaan daimyo Pasukan Barat banyak sekali yang dirampas
sehingga para samurai yang kehilangan pekerjaan menjadi ronin. Di zaman Keshogunan Edo, pemerintah Bakufu menghancurkan daimyo yang termasuk
golongan tozama daimyo (daimyo yang pernah mendukung klan Toyotomi)
sehingga jumlah ronin menjadi semakin banyak.
Pertempuran
Osaka
Memasuki zaman Edo, jumlah samurai
yang dimiliki para daimyo begitu berlebihan sampai hampir-hampir tidak ada
penerimaan samurai baru. Selain itu, hubungan antara majikan dan samurai
menjadi semakin teratur karena pengaruh Konfusianisme. Samurai yang desersi meninggalkan tuannya tidak lagi akan
diterima sebagai abdi daimyo di tempat lain. Dalam Pertempuran Osaka,
klan Toyotomi banyak sekali dibantu para ronin untuk menghadapi pasukan
Tokugawa. Jumlah ronin yang membantu klan Toyotomi dalam Pertempuran Osaka
dikabarkan mencapai 100.000 orang, walaupun banyak di antaranya yang tewas
terbunuh.
Zaman
Edo
Di zaman Edo,
penghapusan sebagian besar daimyo mengakibatkan jumlah samurai yang menjadi
ronin makin bertambah banyak. Di akhir pemerintahan Tokugawa Iemitsu, jumlah ronin melonjak menjadi sekitar 500.000 orang karena
peran samurai tidak lagi dibutuhkan di masa damai. Sebagian besar ronin menjadi
penduduk kota atau menjadi petani, sebagian ronin bahkan pergi merantau ke luar
negeri menjadi prajurit bayaran. Sebagian besar ronin justru hidup menderita
dalam kemiskinan di kota-kota dan pemerintah Bakufu menganggapnya sebagai
ancaman keamanan. Ronin banyak yang diusir dari kota dan hanya boleh tinggal di
wilayah-wilayah yang ditentukan. Pemerintah Bakufu bahkan mengambil tindakan
yang lebih kejam dengan melarang ronin mencari tuan yang baru. Kelompok ronin
yang terusir ke sana ke mari akhirnya bersatu di bawah pimpinan Yui Shōsetsu
dan berkomplot untuk menggulingkan pemerintah Bakufu dalam Pemberontakan Keian.
Pemerintah Bakufu melarang pengangkatan
anak sebagai putra pewaris darurat (matsugoyōshi), akibatnya garis
keturunan daimyo banyak yang terputus karena daimyo keburu meninggal tanpa
memiliki putra pewaris. Keluarga daimyo yang tidak mempunyai putra pewaris
terpaksa bubar dan samurai yang kehilangan tuannya berakhir sebagai ronin.
Setelah pecahnya Pemberontakan Keian, pemerintah Bakufu berusaha memperbaiki
kebijakan terhadap ronin. Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan baru,
seperti melonggarkan larangan mengangkat putra pewaris darurat, mengurangi
jumlah daimyo yang dirampas wilayah kekuasaannya, dan meninjau kembali
pembatasan wilayah permukiman ronin. Peluang ronin mencari majikan baru juga
dibuka kembali. Walaupun sudah ada kebijakan baru, jumlah samurai yang menjadi
ronin tidak juga bisa berkurang. Ronin-ronin baru terus bermunculan akibat
perampasan wilayah kekuasaan para daimyo yang terus berlanjut.
Situasi
kehidupan ronin
Di zaman Edo, ronin yang sudah
kehilangan jati diri sebagai samurai masih diakui pemerintah sebagai
"samurai" dan masih diizinkan memakai nama keluarga samurai dan
membawa katana
di pinggang. Sehari-harinya, ronin hidup berdampingan dengan rakyat banyak di
bawah pengawasan pemerintah kota (machi bugyō). Sebagian besar ronin
hidup miskin di rumah-rumah sewa, tapi ada juga ronin yang berhasil menjadi sastrawan
ternama seperti Chikamatsu Monzaemon.
Ronin ada yang membuka dojo, menjadi instruktur bela diri
atau menyumbangkan jasa sebagai guru mengajar anak-anak orang biasa di terakoya
(sekolah dasar swasta yang menempel di kuil agama Buddha). Miyamoto Musashi adalah seorang ronin yang terkenal sebagai jago pedang
tanpa tanding.
Akhir
zaman Edo
Di akhir zaman Edo, para ronin mulai
berperan aktif di bidang politik. Samurai dari kelas yang disebut gōshi
(samurai distrik) banyak yang atas permintaan sendiri meninggalkan domain (han)
tempat tinggalnya supaya bisa terjun di bidang politik. Sakamoto Ryōma adalah salah seorang ronin yang berhasil sebagai politikus.
Pada waktu itu, ronin palsu juga banyak bermunculan. Penduduk kota dan petani
yang tidak dilahirkan dari kalangan samurai banyak yang mengaku sebagai ronin,
memamerkan katana
di pinggang, dan memakai nama keluarga samurai dengan semaunya. Shinsengumi dianggap sebagai kelompok ronin, tapi anggotanya banyak yang
terdiri dari penduduk kota dan petani.
Setelah Restorasi Meiji, identitas ronin ikut dihapus sesuai dengan prinsip shiminbyōdō
(penghapusan semua golongan dan kelas dalam masyarakat).
Ronin
dalam cerita fiksi
Dalam cerita fiksi, ronin sering
digambarkan sebagai yojimbo atau
serdadu bayaran. Film Kurosawa Akira yang berjudul The Seven Samurai dan Yojimbo
adalah salah satu contoh film bertema jidaigeki yang menampilkan ronin.
Ronin tampil dalam permainan video Age of Empires III, anime berjudul Tsukikage Ran,
Samurai Champloo,
Rurouni Kenshin, dan Final Fantasy X.
Film Hollywood
juga tidak ketinggalan mendapat pengaruh dari kisah-kisah ronin, seperti film Clint Eastwood yang berjudul Man with No Name.
Film The Magnificent Seven merupakan versi Amerika dari film The Seven Samurai karya Kurosawa Akira. Dan yang terbaru adalah 47 Ronin
dibintangi oleh Keanu Reeves dan Ko Shibasaki.
Metafora
ronin
Di zaman sekarang, istilah ronin
digunakan di Jepang untuk lulusan sekolah menengah
umum yang gagal lulus tes masuk
perguruan tinggi atau sekolah lain yang lebih tinggi. Lulusan SMU yang tidak
lagi terdaftar di sekolah manapun diumpamakan sebagai ronin yang tidak lagi
memiliki majikan tempat mengabdi.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ronin
Postest : Rencana Tes Penerimaan
By : reitza haikalSoal:
Terdapat 2 pendekatan yang umum digunakan untuk penerimaan yaitu 'Parallel Run' dan 'Penerimaan sedikit demi sedikit'. Sebutkan kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan tersebut!
Jawab:
Refrensi:
http://windsaga.blogspot.sg/2014/05/postest-rencana-tes-penerimaan.html
Terdapat 2 pendekatan yang umum digunakan untuk penerimaan yaitu 'Parallel Run' dan 'Penerimaan sedikit demi sedikit'. Sebutkan kelebihan dan kekurangan masing-masing pendekatan tersebut!
Jawab:
A.
Pendekatan Parallel
Run
Kelebihan
1)
User dapat
melakukan pengecekan data pada sistem lama.
2)
Dapat mendemostrasikan
semua fungsi yang dijanjikan.
3)
Pendekatan parallel run akan menambah dimensi dari peralihan sistem
lama yang bekerja dengan perbandingan dan cadangannya.
Kekurangan
1)
Masalah kecil
dapat membuat anda menjalankan kembali selama ‘X’ hari untuk jangka waktu yang
tidak terbatas. Kadang-kadang sistem software yang rumit tidak pernah 100% di-debug.
2)
Melakukan tutup
buku. Sayangnya garansinya telah habis dan penjual (vendor) tidak mau memperbaikinya.
3)
Mungkin sulit
untuk mencari penyebab dari suatu masalah, jika 10 user berada pada sistem yang
interaktif dan sistem tersebut rusak.
4)
Tidak ada
jaminan bahwa semua kelebihan sistem akan dicoba dalam ‘X’ hari.
5)
Biarkan end user
masuk ke sistem pada hari pertama yang penerapannya tidak terlalu
berperan.
B. Penerimaan
Sedikit demi Sedikit
Kelebihan
1)
User tidak
merasa takut tentang semuanya.
2)
Anda dapat
mendemonstrasikan semua fungsi yang dijanjikan.
3)
Sebuah tindakan
dengan tepat siapa yang mengetik ketika masalah terjadi.
Kekurangan
1)
Seharusnya tidak
ada keengganan untuk menerima dan membayar jika metode ini digunakan.
2)
Memerlukan banyak
pekerjaan untuk menulis ATP (Acceptance
Test Paln / Rencana Tes
Penerimaan).
3)
Dalam beberapa
hal pemakai mungkin tidak akrab dengan pendekatan ini, tetapi anda dapat
mengakrabkannya dengan metode yang baru.
Refrensi:
http://windsaga.blogspot.sg/2014/05/postest-rencana-tes-penerimaan.html