diskriminasi pada zaman dahulu di jepang

Popular Post

Posted by : reitza haikal Friday, January 16, 2015

Yang pertama adalah diskriminasi rasial. Di bidang pekerjaan, para pekerja asing sering mengeluhkan tidak adanya kompensasi bagi mereka jika terjadi kecelakaan kerja. Perlakuan warga Jepang terhadap warga asing begitu buruk. Contohnya, ketika mereka menyambangi
agen wisata, mereka seringkali disambut dengan kata “gaijin” yang berarti “orang asing”. Permasalahan pelik juga dialami mereka dalam mencari tempat tinggal. Pemilik apartemen seringkali tidak mau menyewakan kamar kepada orang asing. Setali tiga uang dengan pemilik tanah di sana. Kriminalitas lebih rentan terjadi pada mereka dikarenakan sedikitnya perlindungan bagi mereka.



Sistem yang terlihat di india,kasta, juga terlihat di Jepang. Ini terjadi pada kaum Eta, kaum yang disangkutpautkan dengan orang-orang yang bekerja di bidang-bidang yang dianggap yang menjijikkan (Penyembelih hewan, pengurus pemakaman, algojo, penyamakan kulit). Tempat tinggal mereka dipisahkan dari golongan yang “biasa”. Mereka juga tidak diperbolehkan memiliki sawah sendiri. untuk beribadah mereka harus dipisahkan. Diskriminasi juga terjadi pada Ainu, suku asli Jepang. Pada abad 19 terdapat undang-undang Hokkaido Kyu-Dojin Protection Act yang mengharuskan anak-anak Ainu diajari sejarah dan semua hal berbau Jepang, tanpa mempedulikan nilai asli mereka. Walaupun pada abad 20 pemerintahan Jepang berusaha memulihkan budaya-budaya asli Ainu, sebagian besar bangsa Ainu merasakan tidak mendapat hal 
yang pantas.



Burakumin juga merupakan kasus utama. Hampir sama dengan Eta, golongan ini disingkirkan dari segala sektor kehidupan( pekerjaan,perkawinan,budaya,dll). Tingkat DO didominasi dari Burakumin. Anggota Yakuza, 60% adalah Burakumin menurut pengakuan seorang mantan anggota intelijen jepang Mitsuhiro Sugnuma. Anggota Yamaguchi-gumi (Yakuza terbesar) 70% nya adalah Burakumin, menurut David E. Kaplan dan Alec Dubro dalam bukunya Yakuza: The Explosive Account of Japan's Criminal Underworld (Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co., 1986.
DISKRIMINASI TERHADAP BURAKUMIN MASIH BERLAKU HINGGA SEKARANG WALAU TERSAMAR
  • Dalam daftar warga ditulis kyu-eta (mantan eta), lalu diganti shin-heimin (warga baru) dan terakhir pada 1900an tokushu-buraku (pemukiman khusus). Sekarang sudah tidak dipakai lagi.
  • Diskriminasi dalam pekerjaan. Walau saat ini keturunan burakumin bisa bekerja dimana saja, namun posisi jabatan yang tinggi tidak bisa mereka duduki.
  • Diskriminasi dalam pernikahan. Yang paling toleran adalah wilayah Kansai (kecuali Osaka, Kyoto, Hyogo. Dan di Hiroshima).Keluarga kolot tidak memperbolehkan anak mereka menikah dengan keturunan burakumin. Menyewa jasa penyelidikan asal-usul adalah hal biasa di Jepang, walau sekarang adalah hal ilegal. Di Kansai saat ini 60%-80% keturunan burakumin menikah dengan non-burakumin. pda tahun 1960an hanya 10%. http://anehdidunia.blogspot.com
  • Tetapi di Osaka, Kyoto, Hyogo dan Hiroshima, stigma masih ada. Burakumin dianggap biang kemelaratan, pengangguran dan kriminal.
  • Anggota Yakuza, 60% adalah Burakumin menurut pengakuan seorang mentan anggota intelijen jepang Mitsuhiro Sugnuma. Anggota Yamaguchi-gumi (Yakuza terbesar) 70% nya adalah Burakumin, menurut David E. Kaplan dan Alec Dubro dalam bukunya Yakuza: The Explosive Account of Japan's Criminal Underworld (Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Co., 1986.
PENYEBAB DISKRIMINASI TERHADAP BURAKUMIN TERPELIHARA KOSEKI

http://anehdidunia.blogspot.com

 
Adalah registri keluarga Jepang. Hukum Jepang mengharuskan semua rumah tangga Jepang untuk melaporkan kelahiran, pengakuan dari ayah, adopsi, gangguan dari adopsi, kematian, perkimpoian dan perceraian warga Jepang ke otoritas lokal mereka, yang mengkompilasi catatan tersebut mencakup semua warga negara Jepang dalam yurisdiksi mereka. Pernikahan, adopsi dan pengakuan dari ayah menjadi hukum yang efektif hanya bila peristiwa tersebut dicatat di koseki tersebut. Kelahiran dan kematian secara hukum menjadi efektif karena terjadi, tetapi peristiwa tersebut harus diajukan oleh anggota keluarga.

Nah dalam Koseki ini tercantum juga asal usul warga negara hingga ke jaman feodal dulu. Sehingga setiap orang bisa dirunut berasal dari garis keturunan kasta apa sebenarnya. Hukum Jepang sekarang melarang orang selain empunya dan pemerintah untuk mengakses data ini.

Ditahun 1975, sempat beredar daftar dalam buku Tokushu Buraku Chimei Soukan (Daftar Komprehensif Nama Daerah Buraku) dan dijual dengan harga antara 5000 hingga 50000 yen. Pembelinya umunya kelaurga kolot dan perusahaan-perusahaan. kabarnya termasuk perusahaan besar seperti Toyota, Nissan, Honda dan Daihatsu. Sekarang sudah dilarang beredar. 
http://anehdidunia.blogspot.com

Karena penyelidikan melalui Kouseki dan Buku Tokushu tadi sudah dilarang, sekarang kelaurga dan perusahaan yang masih kolot diam-diam menyewa jasa penyelidikan asal-usul (walau ini juga kegiatan ilegal) dengan biaya yang mahal demi menghindari memilih buraku menajdi menantu keluarga atau pejabat perusahaan.

Sumber
http://www.americanchronicle.com/articles/view/14169,Racial discrimination in Japan
http://factsanddetails.com/japan.php?itemid=632&catid=18,Discrimination and Racism in Japan
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5214555,Sisi Gelap kaum Eta
http://www.hrdc.net/sahrdc/hrfeatures/HRF39.htm,Caste,Ethnicity and Nationality:Japan Finds Plenty of Space for Discrimination
http://www.wa-pedia.com/gaijin/discrimination_in_japan.shtml,Discrimination in Japan

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © reza avril blog - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -